Rabu, 31 Desember 2014

Keutamaan Dzikir

Embedded image permalink

Siapa yg mengucapkannya selesai shalat, Aku (Allah) ampuni kesalahan2 nya walaupun sebanyak buih di lautan”. (HR Muslim)



Tahukah Anda sejarah Tahun Baru 1 Januari?


"Semenjak abad ke 46 SM Raja Romawi Julius Caesar menetapkan

1 Januari sebagai HARI PERMULAAN tahun.

Orang Romawi MEMPERSEMBAHKAN hari 1 Januari kepada JANUS, DEWA SEGALA GERBANG, PINTU-PINTU DAN PERMULAAN (WAKTU).

Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah, Satu wajah menghadap ke (masa) depan dan satu wajah lagi menghadap ke (masa) lalu".

(THE WORLD BOOK ENCYCLOPEDIA VOL.14 hal.237).

Yang merayakan Malam Tahun Baru dengan cara apa pun, adalah mereka ikuti Kaum Penyembah berhala (Paganis) yang merayakan HARI JANUS, dengan mengitari api unggun, meniup terompet berpesta dan bernyanyi bersama.

"Selamat atas para PENIRU KAUM PAGANIS ROMAWI yang telah merayakan Malam Tahun Baru atau Hari Janus".

Bagi yang tidak ikut-ikutan selamatlah Anda, karna Anda tetap terus berkomitmen dengan QS. Al An'am: 161-163 :

"Katakanlah (Muhammad)!

'Sesungguhnya Rabbku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia Ibrahim tidak termasuk orang orang musyrik'.

"Katakanlah (Muhammad)!

'Sesungguhnya shalatku, ibadahku dan matiku hanya-lah untuk Allah, Rabb semeseta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama tama berserah diri (muslim)".

QS. Al An'am: 79

"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah, yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar. Dan aku bukanlah termasuk orang orang musyrik".

(1/1/2013).

Penulis: Ust. Abu Yahya Badru Salam, Lc . Alumni Universitas Islam Madinah Saudi Arabia.

Bersyukur




Selasa, 23 Desember 2014

Obat Hati Ada 5 Perkara



:: Obat Cinta adalah Menikah..
:: Obat Marah adalah Wudhu..
:: Obat Galau adalah Dzikir dan membaca Al-Qur'an..
:: Obat Ketidak Senangan hati adalah Shalawat..
:: Obat kemiskinan adalah Istighfar,Usaha dan Sedekah..
:: Obat Nafsu adalah Puasa..
:: Obat Putus asa adalah Harapan dan Do'a..

Senin, 22 Desember 2014

Ganbatte Kudasai

“Ganbatte Kudasai” Berasal dari Bahasa Jepang (がんばって ください) yang berarti "BERUSAHALAH/BERSEMANGATLAH!", “LAKUKAN SEBAIK MUNGKIN”, “JANGAN MENYERAH”, atau “BERIKAN USAHA YANG TERBAIK”, Biasa disingkat Ganbatte. Dengan Bahasa yang lain, Man Jadda wa Jadda, Caiyoo, Never Give Up, Come On, Go for It, Do Your Best/Try One's Best, dsb. Intinya Kata-Kata Sugesti yang diucapkan untuk Saling Memberi Semangat Kepada Orang-Orang yang Kita Cintai/Sayangi. Pertanyaannya, Apakah Efektif?...Bisa Merubah?...Itu mungkin kalimat tanya klise, Tetapi Pertanyaan tersebut jika kita telusuri jawabannya, maka ini bisa menjadi Shock Therapy bagi Pemuda Indonesia agar Bangsa ini Bangkit dari Keterpurukan.  

Apa yang Kita tahu dari Bangsa Jepang? Yak, Bangsa yang TerKenal Produktifitas, Kinerja, dan Efisiensinya. Belajar dari Sejarah, Bangsa Kita dan Jepang Mulai Start Membangun pada saat yang sama, yaitu Tragedi Bom Atom Hiroshima & Nagasaki yang menewaskan puluhan ribu korban jiwa yang menyebabkan Jepang kalah dalam Perang Asia Timur Raya dan mengalami keterpurukan. Begitu pula dengan Bangsa Kita yang MERDEKA, Tapi Sekarang lihat! Jepang telah Menjelma Menjadi Negara Maju, mengalami Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat, Infrastruktur yang Baik, dan Teknologinya sudah Maju & Canggih! Kok Bisa Begitu! Kebetulan Saya Mempunyai Saudara Kandung yang sudah bertahun-tahun Tinggal di Jepang.   

Oh Ternyata! Usut punya usut, Orang Jepang mempunyai Mental yang Pantang Menyerah. Karena dulu pada setiap akhir pelajaran di Sekolah, Guru yang mengajar Biasa mengucapkan sebuah kata/Sugesti, “Ganbatte Kudasai/Ganbatte ne" Apa itu Artinya? Kata tersebut adalah seruan untuk Menanamkan Motivasi seseorang agar Semangat & Terus Berjuang dalam menjalani Hidupnya. Budaya Menyemangati antar sesama, dilakukan setiap Orang kepada Semua Orang. Misalnya: Orang Sakit, Banyak Kerjaan, ada Masalah, dsb. Lebih Tepatnya "Keep Fight/Keep Semangat". Kedudukan Guru/Sinsei sangat dihormati/dihargai oleh Negara dan Masyarakatnya, Mereka Menanamkan hal-hal Positif kepada Anak Didiknya sejak Dini. Guru Benar-Benar Mengajar, Mendidik dan Menjadi Teladan, bukan hanya Profesi untuk Mencari Nafkah! Efeknya? Yak, tentu kita bisa lihat, Bagaimana mental Bangsa Jepang yang Ulet, Rajin, Pekerja Keras dan Pantang Menyerah. SEMANGAT! ditanamkan di Sekolah-Sekolah, dan Saling Menyemangati Satu sama lain, Berbeda dengan Bangsa Kita Saling Menjatuhkan, "Senang Melihat Orang Lain Susah, Susah Melihat Orang Lain Senang". Masyarakat Jepang Percaya dengan Pemerintahnya, Pemerintahnya dengan Penuh Amanah, Budaya Saling Percaya, Bukan Saling Curiga dan Rasa Nasionalisme yang Tinggi. Bayangkan! Orang Jepang Pekerja Keras, dari Pagi sampai Malam, dan itu dilakukan dari Usia Muda sampai Usia Lanjut, Multiplier Efeknya sangat Dahsyat untuk Pembangunan Negaranya. Saat Jepang ditimpa Musibah Gempa & Tsunami, Kita Lihat di TV sangat Beda Mereka Menyingkapinya, Mereka dengan Bahu Membahu Saling Membantu, Menguatkan, Sesusah apapun Mereka MASIH BERSEMANGAT! Bisa Antri Bantuan dan Akhirnya Cepat Bangkit! Berbeda saat Kita juga ditimpa Musibah serupa di Aceh & Jogja, yang kebetulan Saya pas di Jogja. Kita Berebut Bantuan, Nggak Bisa Antri, Minta dikasihani, dibantu, dan berlarut-larut dengan Kesedihan/Kesusahan. 

SEMANGAT yaitu Benteng Terakhir yang Kita Punya, Saat Kita Sudah tidak Mempunyai Apa-apa dan Siapa-Siapa lagi. Tanpa SEMANGAT, Biarpun Banyak Mempunyai Sumber Daya, tapi Tidak akan Jadi Apa-Apa! Ayo Semangat! Ganbatte Kudasai!

Sumber : https://www.facebook.com/notes/ir-ferhat-auliya/ganbatte-kudasai/10151788646394081

Hanya Semenit