islampos.com—MENDENGARKAN musik, utamanya karena aktivitas ini begitu
mudahnya dilakukan lewat fasilitas telefon genggam, merupakan ciri khas
masa remaja. Tetapi sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa
remaja yang menghabiskan waktu terlalu banyak mendengarkan musik
menghadapi risiko depresi yang lebih tinggi.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr Brian Primack, asisten profesor
kedokteran dan pediatri di University of Pittsburgh School of Medicine,
menemukan bahwa remaja yang mendengarkan musik lebih sering, berisiko
tinggi memiliki penyakit depresi (PDK), dibandingkan dengan remaja yang
mendengarkan musik lebih jarang. Remaja yang mendengarkan musik dengan
rutin setiap hari memiliki resiko 80% lebih tinggi akan depresi,
demikian penelitian tersebut.
Penelitian ini memperkirakan remaja setidaknya empat atau lima jam sehari mendengarkan musik.
“Pada titik ini, tidak jelas apakah orang depresi mulai mendengarkan
musik lebih banyak untuk melarikan diri, atau apakah mendengarkan musik
dalam jumlah besar dapat menyebabkan depresi, atau keduanya,” kata
Primack dalam sebuah pernyataan.
Sebaliknya, para peneliti menemukan bahwa buku-buku memiliki efek
yang berlawanan: membaca, risiko remaja depresi turun 50%. Di Amerika
sendiri keseluruhan aktivitas membaca buku menurun. “Sedangkan bentuk
lain penggunaan media meningkat,” kata Primack.
Untuk penelitian ini, para peneliti mensurvai 106 peserta yang
berusia tujuh sampai 17 selama dua bulan; 46 peserta sebelumnya telah
didiagnosis karena depresi.
Membaca Quran
Pararel dengan penelitian ini, yaitu bahwa membaca bisa menjadi
solusi untuk depresi, ada sebuah cerita yang terkenal akan keutamaan
membaca ini. Utamanya membaca Al-Quran.
Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah area perkebunan area di
sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya.
Setiap pagi sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca
Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba
menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.
Suatu hari ia bertanya pada kakeknya: ”Kakek, aku coba membaca
Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya. Dan walaupun ada
sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan
menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami
artinya?”
Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian,
memjawab pertanyaan sang cucu, “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini
dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”
Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi
semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya
tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali.“ Kakek
itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk
mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi
keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.
Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin
membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk
mengganti keranjangnya. Kakeknya mengatakan : “Aku tidak ingin seember
air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras.”
Si kakek pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada
saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin
menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin,
air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil
dan mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari
secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu
kosong lagi.
Dengan terengah-engah, ia berkata : “Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.
Sang kakek menjawab : “Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya? Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”
Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa
keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari
sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang
yang bersih, luar dan dalam.
”Cucuku, apa yang terhadi ketika kamu membaca Qur’an? Boleh jadi kamu
tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu
membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.
Itulah pekerjaan Allah dalam mengubah kehidupan kamu.”
[sa/time/islampos]
http://www.islampos.com/musik-sumber-depresi-remaja-6075/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar