Senin, 15 September 2014

The Quran Answer Jangan Pernah Mengeluh


Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin ...”
Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata 'jadi' maka 'jadilah'. (QS.Yasin:82)”

Ketika kita mengeluh : “Capeeeek banget ..!!”
Allah menjawab : “... dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat. (QS.An-Naba:9)”...

Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya ...”
Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS.Al-Baqarah:286)”

Ketika kita mengeluh : “Streeesss...Panik...”
Allah menjawab : “Hanya dengan mengingat-Ku hati akan menjadi tenang. (QS.Ar-Ro’d:28)”

Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh .. ini mah semuanya sia-sia ...”
Allah menjawab : “Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya. (QS.Al-Zalzalah:7)”

Ketika kita mengeluh : “ Duh ... sedih banget deh!!”
Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. (QS.At-Taubah:40)”


Jumat, 12 September 2014

"Gokil!", Nostalgia 80-an dan 90-an di Facebook


Notifikasinya benar-benar mengalir deras; tiap detik. Alhasil, semua posting yang biasanya hanya berasal dari friendlist pribadi langsung bergeser atau kalau mau dibilang jujur adalah lenyap, tergantikan oleh postingan-postingan baru dari anggota grup ini.

Memang, untuk ukuran public group di Facebook, fan page Hits From The 80s & 90s patut dibilang dahsyat. Siapa pun yang baru bergabung, bakal terkaget-kaget lantaran timeline mereka langsung dihujani postingan anggota grup "jadul" tersebut.

Mulai kalimat candaan, foto-foto, klip video, dan sebagainya berbau khas era 80-an dan 90-an. Alhasil, saking penuhnya, susah membedakan sebuah postingan itu dari posting friendlist pribadi atau grup ini.

Ungkapan anggota bernama Dimas Wurianto ini, misalnya. "Kalo Anda bingung antara beranda FB Anda dengan Halaman Grup ini....kita senasib."

Status Dimas itu lantas disambar anggota lainnya. "Gilaaaaa… news feed saya isinya banyak bingiiiittsss dari grup ini!" komentar pemilik akun Fifi Shufs.

"Baru kali ini notif saya tang ting terus tiap detik. Hahahaha gokil!" balas Rani Ummu Asiyah, anggota lainnya.

Tak ubahnya Rani, komentar Irma Aprilya pun senada. "Sama, notif-nya engga berhenti-berhenti, Banyak benar. Tapi seru, mengenang masa lalu." 

"Bunyi melulu notif FB. Bingung, ini di wall gw atau wall grup gw," kata Joyo Ami Budi.

Memang, saking banyaknya, unik atau lucunya postingan para anggota di grup ini, banyak perhatian anggota lainnya tersita hanya pada isi timeline di FB masing-masing hingga "mengganggu" aktivitas mereka di dunia nyata.

Ungkapan Renny Widiyanti, misalnya. "Asli. Aku nyisirin anak sambil mantengin lapak terus. Anakku sampai enggak sabar," ujar Renny.

Bahkan, komentar Siti Julaiha Grubner lebih lucu lagi. "Hahaha, bener banget. Gue dipelototin boss gue gara-gara tang ting tung Ipad gue ngasih notif. Ampun!" ujarnya.

Fenomenal

Untuk ukuran wadah komunitas di Facebook, kehadiran Hits From The 80s & 90s bisa dibilang mendapat sambutan luar biasa dari pengguna Facebook di Indonesia.

Ibarat oase di gurun pasir yang panas, keberadaannya benar-benar diakui anggotanya sebagai pengobat kekangenan tren masa lalu era 1980 dan 1990-an, mulai dari jenis jajanan, public figure, film, komik, gaya bercanda, dan sebagainya.

Postingan dari Chandra Perdana, misalnya. "Ada yang masih inget nama aslinya (dan lengkap) Jaka Sembung? Hayooo siapa?"

Satu postingan menarik lain dilontarkan Kristal Anindiyajati. Dia menayangkan gambar buku Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RPUL) yang pernah ngetren sebagai buku pegangan belajar bagi murid-murid sekolah dasar kala itu.

"Masa dimana belum mengenal Google. Yang engga punya buku ini berasa cupu (culun punya), dan kalau punya buku ini rasanya banggaaaaaa banget," ujar Kristal.



Facebook Masih ingat dengan buku wajib ini?

Untuk menghilangkan kebosanan dan terlihat lebih tematik, Nicko Krisna (36), administrator fan page ini, kerap melontarkan ide-ide segar untuk diteruskan oleh para anggota grup ini.

"Hi guys. Tema hari ini ?#‎80sInfo & ?#‎90sInfo. Jadi, kita posting berita, kejadian, gosip, mitos dan cerita menarik lainnya yang terjadi di tahun 80 & 90-an. Misalkan: Kenny G pernah ada affair sama Michael Bolton. Ini dilakukan dalam rangka sehari posting tanpa googling. Jadi, bikin ketahuan kan, siapa yang benar-benar hidup di era ?80 maupun ?‎90-an. Hahahaha. Have fun! Mau tetep posting yang lain pun tidak masalah, enggak wajib," ujar Nicko.

Nyatanya, gairah para anggota pun makin menggila dengan ide sang pendiri grup ini. Postingan makin deras dan menjadi-jadi. Bahkan, saking derasnya, ada postingan yang tidak dikomentari sama sekali.

Komentar pemilik akun Bocah Tua Nakal ini, misalnya. Satu jam lalu dia menuliskan apa yang ia alami dengan hal tersebut.

"Gw posting 13 menit yang lalu, enggak ada yang komentar,. Eh, ada yang baru 1menit bikin postingan tentang hal yang sama persis sama postingan gw, eh yang komennya banyak amat. Terus, tadi ada yang posting jorok langsung bejibun komen-komennya. Hadeeeehhh... nasiiib bergabung di grup yang fenomenal ini," tulisnya.

Fenomenal, kalau tak mau berlebihan disebut demikian untuk grup ini. Lantaran ini media komunitas yang independen, siapa pun bebas menayangkan segala hal yang diketahuinya, pernah dimilikinya atau pernah dilakukannya pada masa 80-an dan 90 dulu. Ini sebagai "bukti" bahwa si anggota memang pernah mengalami masa-masa itu dan ingin bernostalgia dengan semua hal tersebut.

Memang, sejak bergabung dengan grup ini, banyak anggota grup mengaku susah "move on" dari ruang dan waktu tahun 80-an dan 90-an. Setiap anggota saling lontarkan candaan, postingan, dan berbalas komentar. Bahkan, saking banyaknya, seorang anggota mengaku kagum dengan peta penyebaran anggota grup ini.

"Kalau saya perhatikan, luar biasa peta penyebaran member group ini. Mulai dari Purwokerto, Bau-bau, Madura, bahkan Amerika, Jepang, India, dan saya sendiri (asli dari Makassar), sementara di Amazon, Kolombia. Walaupun sementara di tengah hutan, tapi yah, lumayan terhiburlah membaca postingan-postingan, terutama komentar rekan-rekan seangkatan sekalian," ujar anggota tersebut.

Rabu, 03 September 2014

Ustadz Syamsi Ali, Dai Asal Indonesia Di Negeri Paman Sam (New York)

Videos
… Dia pernah tampil di mimbar “A Prayer for America” di Stadion Yankee, kota New York, 23 September 2004. Sekitar 50 ribu orang memadati stadion itu. Tua-muda, lelaki dan perempuan, kulit putih dan kulit hitam, dan pelbagai ras dan bangsa di Amerika “tumplek blek” di situ …”

Oleh: Akhmad Kusaeni

Indonesia harus bangga memiliki Syamsi Ali, imam asal Bulukumba yang menjadi jurubicara Muslim di Amerika Serikat. Ia adalah penyiar Islam di negara adidaya yang sekarang sedang berperang melawan terorisme, yang celakanya sering dikait-kaitkan dengan Islam.
Syiar Islam dan dakwah Ustadz Syamsi Ali (40), tidak terbatas kepada jemaah warga Indonesia saja, melainkan juga Muslim Amerika. Khususnya di New York dan Washington DC.
Selain sebagai imam pada Islamic Center, masjid terbesar di New York, Syamsi Ali juga dipercaya menjadi Direktur Jamaica Muslim Center, sebuah yayasan dan masjid di kawasan timur New York yang dikelola komunitas Muslim asal Asia Selatan, seperti Bangladesh, Pakistan dan India.
Syamsi berasal dari sebuah desa kecil di Sulawesi Selatan. Kepintarannya berdakwah sudah tampak sejak menjadi santri di pondok pesantren Bulukumba. Ia pergi ke Arab Saudi untuk memperdalam ilmu agama dan ke Pakistan untuk belajar ilmu dunia, sebelum menjadi lokal staf di Perwakilan Tetap RI di New York. Ia mengharumkan citra Islam Indonesia yang moderat dengan pandangan dan aktivitasnya di berbagai forum internasional.
Misalnya saja ia pernah tampil berdakwah di mimbar “A Prayer for America” di Stadion Yankee, kota New York, 23 September 2004. Sekitar 50 ribu orang memadati stadion itu. Tua-muda, lelaki dan perempuan, kulit putih dan kulit hitam, dan pelbagai ras dan bangsa di Amerika “tumplek blek” di situ.
Di panggung, hadir ratu acara bincang-bincang televisi Oprah Winfrey, mantan Presiden Bill Clinton, senator Hillary Clinton, Gubernur Negara Bagian New York George Pataki, Wali Kota New York Rudolph Giuliani, artis Bette Midler dan penyanyi country Lee Greenwood. Di New York, statistik menunjukkan terdapat lebih 800.000 kaum Muslimin.
Di podium, Syamsi membacakan dan mengupas surat Al-Hujurat ayat 13 yang intinya bercerita tentang asal-usul manusia yang dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tidak ada bangsa yang paling tinggi derajatnya, karena yang termulia adalah yang paling bertakwa.
Dengan mengurai makna ayat itu, Syamsi ingin menceritakan kepada publik Amerika bahwa Islam adalah agama yang mengakui persaudaraan umat manusia.
“Islam tak membenci umat lain. Justru Islam datang untuk mengangkat derajat semua manusia,” kata Syamsi Ali, berusaha mengurangi kebencian sebagian warga Amerika terhadap Islam pasca serangan teroris 11 September 2001.
Sejak peristiwa itu, semakin banyak orang di Amerika Serikat yang ingin tahu lebih mendalam mengenai Islam. “Inilah tugas kami untuk memberi penjelasan sebenarnya tentang Islam yang rahmatan lil alamin,” katanya.
Amerika negara Islami?
Ustadz Ali juga punya kebiasaan menulis kegiatan dakwahnya di “mailinng list”.
Tanggal 22 Oktober lalu, misalnya, ia berkisah tentang pengalamannya menjadi pembicara bersama Rabbi Marc Shneier dari East New York Synagogue dalam acara “Dialog Muslim-Yahudi: Tantangan dan Peluang Hubungan di Masa Depan”. Acara yang dihadiri lebih dari 400-an mahasiswa dan professor Universitas New York (NYU) itu, menurut Syamsi Ali, berjalan hangat dan seru.
Moderator diskusi, Joel Cohen, mantan jaksa dan penulis buku “Moses and Jesus in Dialogue” bertanya mengenai bagaimana Syamsi Ali menyikapi jika suatu ketika ada Muslim, yang dalam bahasa Cohen “a Mullah”, ingin mendirikan negara Islam di Amerika.
Jawaban Syamsi Ali mengejutkan peserta. Banyak di antara mereka geleng-geleng kepala. Syamsi menegaskan bahwa “syariat phobia” yang masih menggeluti kebanyakan warga Amerika seharusnya dikurangi.
“Amerika, dalam banyak hal lebih pantas untuk dikatakan negara Islam ketimbang banyak negara yang diakui sebagai negara Islam saat ini,” ujar Syamsi Ali.
Amerika, katanya, telah lebih banyak menegakkan syariat Islam ketimbang negara-negara yang mengaku mengusung syariat. Untuk itu, seorang Muslim yang paham tentang konsep masyarakat dalam Islam, tidak akan pernah mempermasalahkan itu lagi. Sebaliknya, non-Muslim juga seharusnya tidak perlu “over worried” mengenai hal tersebut.
Dalam pandangan Syamsi Ali, syariat adalah landasan hidup seorang Muslim. Berislam tanpa bersyariat adalah sesuatu yang mustahil. Hukum-hukum yang mengatur kehidupan seorang Muslim, mulai dari masalah-masalah keimanan, ritual, hingga kepada masalah-masalah mu`amalat (hubungan antar makhluk) masuk dalam kategori syariah. Untuk itu, memutuskan hubungan antara kehidupan seorang Muslim dengan syariat sama dengan memisahkan antara daging dan darahnya.
Amerika yang didirikan di atas asas kebebasan, kesetaraan dan keadilan untuk semua, sesungguhnya didirikan di atas asas nilai-nilai dasar Islam. Islam juga didasarkan kepada nilai-nilai kebebasan (al-hurriyah), keadilan (al `adaalah) dan persamaan (al musawah).
Atas dasar itu, Syamsi Ali dengan keyakinan penuh menegaskan bahwa kehadiran Islam di Amerika adalah ibarat benih subur yang terjatuh di atas lahan yang subur. Dia akan tumbuh dengan baik dan subur karena memang lahan yang ditempatinya sesuai dengan kebutuhan benih tanaman ini.
Kelak, lanjut Syamsi, tanaman ini pasti akan dirasakan karena memang manusia yang mendiaminya telah lama marasakan kehausan untuk itu.